Apa Keuntungan dan Kerugian Bisnis Keluarga?

Apa Keuntungan dan Kerugian Bisnis Keluarga?

Bisnis keluarga merupakan suatu fenomena tersendiri dalam dunia bisnis. Selain jumlahnya yang sangat banyak, Bisnis keluarga juga mempunyai andil yang cukup signifikan bagi pendapatan negara. Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan John Davis dari Harvard Business School, sekitar dua pertiga bisnis di seluruh dunia dimiliki oleh keluarga. Sekitar 70 hingga 80 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di seluruh dunia disumbangkan oleh bisnis keluarga. Antara 50 hingga 80 persen lapangan kerja di sebagian besar negara-negara di dunia disumbangkan oleh perusahaan keluarga.

Berdasarkan penelitian yang diadakan The Jakarta Consulting Group di tahun 2020 kepada 100 perusahaan yang terlisting dalam Index Kompas 100. Perusahaan yang berbasis bisnis keluarga terbukti bisa lebih bertahan dibandingkan dengan perusahaan yang non-family business.  Ternyata kemampuan kontrol, berpikir jangka panjang, tangguh, inovatif, wirausaha, dan kalkulatif lah yang menjadi kunci utama alasan bisnis keluarga dapat lebih bertahan dibandingkan bisnis biasa.

Apa keuntungan dari bisnis yang dijalankan keluarga?

1. Stabilitas

Kepemimpinan suatu bisnis keluarga biasanya ditentukan oleh kedudukan masing-masing individu dalam keluarga. Hasilnya, kepemimpinan umumnya berumur panjang, yang menjamin stabilitas keseluruhan dalam bisnis yang dijalankan keluarga.

Di banyak perusahaan milik keluarga, pemimpin bisnis akan tetap memegang posisi tersebut selama bertahun-tahun, dengan peristiwa kehidupan – seperti sakit, pensiun, atau kematian – menjadi pemicu perubahan di puncak.

2. Komitmen

Perusahaan keluarga cenderung memiliki rasa komitmen dan akuntabilitas yang lebih besar dibandingkan perusahaan non-keluarga, karena yang dipertaruhkan bukan hanya kebutuhan bisnis, namun juga kebutuhan keluarga.

Keinginan agar keluarga dan bisnis tetap kuat akan memberikan manfaat tambahan, termasuk pemahaman yang lebih baik tentang industri, organisasi, dan pekerjaan; hubungan pelanggan yang lebih kuat, dan penjualan dan pemasaran yang lebih efektif.

Komitmen menjadi lebih tinggi bagi generasi penerus karena kemauan ayahnya atau orang tuanya agar meneruskan bisnisnya. Sebagai anak, tanpa diminta, dirinya sudah tahu bahwa orang tuanya menginginkannya terjun di perusahaan keluarga. Sejak awal ia sudah melihat secara kasat mata perkembangan perusahaan. Ia tentu merasa harus membantu membesarkan dan ingin membuktikan bahwa dirinya bisa mengerjakan hal yang sama, dan bahkan melambungkan bisnis keluarganya.

Baca :   Peran Digital Badge dalam Meningkatkan Kredibilitas Keterampilan Kandidat

3. Fleksibilitas

Bekerja di perusahaan yang dikelola keluarga membutuhkan banyak fleksibilitas. Meskipun bisnis non-keluarga cenderung memiliki tanggung jawab yang jelas untuk setiap peran, anggota keluarga terkadang diminta untuk mempunyai beberapa jabatan yang berbeda, mengambil tugas di luar kewenangan formal mereka jika diperlukan.

4. Lingkungan Pembelajaran

Generasi penerus sering mempunyai kurva pembelajaran (learning curve) yang cepat. Anggota keluarga sudah magang atau belajar sejak kecil, sudah menjaga toko, dan sudah tahu apa yang dibicarakan di meja makan. Ayah ibu melakukan diskusi tentang usaha mereka. Dan ketika bertemu dengan paman dan tante mereka berdiskusi lagi. Sampai dalam pertemuan keluarga pun yang dibicarakan adalah bisnis.

Anggota keluarga yang menjadi generasi penerus mungkin belum pernah bekerja secara penuh, tetapi jiwa bisnis mereka sudah meresap dan mendarah daging sehingga kurva pembelajaran menjadi lebih cepat bagi mereka. Dengan sendirinya pendekatan pribadi dan tingkat kepercayaan menjadi tinggi sehingga keluarga lebih stabil dan konservatif, yang dengan sendirinya punya komitmen jangka panjang.

5. Ikatan Emosional yang kuat

Bisnis keluarga dikelola secara emosional sehingga rasa kekeluargaan di dalamnya tinggi. Karyawan sering disebut anak dan orang-orang lama dianggap keluarga sendiri. Hubungan di antara mereka dalam sebuah organisasi memang penting karena sering terjadinya konflik keluarga. Misalnya, jumlah anak ada lima orang. Masing-masing mempunyai kepribadian yang berbeda dan ingin dibuatkan perusahaan sendiri-sendiri karena tidak mau bekerja dalam satu payung yang sama.

Secara khusus, para manajer Bisnis keluarga ini menggunakan pendekatan pribadi dan memberikan kepercayaan kepada para karyawannya. Oleh karena itu, perusahaan keluarga lebih stabil dan konservatif karena keluarga memiliki komitmen berjangka panjang terhadap bisnisnya, dan cenderung menjadi loyal terhadap visi, misi dan nilai-nilai pendiri.

Baca :   Mengikis Stigma Negatif Mudah Gagal, Belajar Lebih Cepat

6. Orientasi Jangka Panjang

Kekuatan lainnya adalah bahwa bisnis keluarga selalu berpikir untuk jangka panjang. Bagi anggota keluarga, dosa terbesar adalah jika mereka menjual produk-produk cacat dan berkualitas rendah. Jika mereka melakukan yang demikian itu, yang ternoda bukan hanya citra perusahaan, melainkan juga keluarga.

7. Wirausaha sejati

Kelebihan lainnya adalah para pemilik bisnis keluarga ini umumnya adalah wirausaha sejati. Berkat tangan dingin merekalah lahir ptoduk-produk dan praktek-praktek bisnis inovatif yang “mendahului zaman”. Di Indonesia, hal ini jamak dijumpai khususnya untuk barang-barang konsumsi seperti makanan dan jamu. Semangat kewirausahaan para pemilik bisnis keluarga ini benar-benar melintas zaman, dalam arti mampu bertahan melewati aneka krisis eksternal, seperti ekonomi dan politik. Berkat semangat kewirausahaan ini, tidak sedikit perusahaan yang mampu bertahan hingga puluhan tahun. Di Indonesia, banyak bisnis keluarga yang didirikan beberapa puluh tahun sebelum Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan negeri ini dan bertahan hingga kini.

Apa kerugian dari bisnis yang dijalankan keluarga?

Meskipun jelas bahwa terdapat banyak keuntungan bagi perusahaan milik keluarga, perusahaan milik keluarga juga mempunyai beberapa kelemahan:

  1. Kebingungan

Misalnya, seberapa besar pengaruh atau peran istri/suami dalam organisasi. Kalau istri/suami duduk dalam organisasi, tidak menjadi masalah, tetapi kalau istri/suami di luar organisasi tetapi ikut mengatur, maka akan terjadi organisasi yang membingungkan (confusing organization). Kerap terjadi, istri pemilik bisnis dapat memberikan instruksi kepada karyawan, padahal namanya tidak tercantum dalam struktur organisasi. Jika dibiarkan, hal ini akan menimbulkan kebingungan dan ketidakpuasan.Keluarga mendominasi perusahaan dengan alasan-alasan keluarga di atas logika bisnis(family reason over business logic), sistem penghargaan yang tidak adil, dan kesulitan menarik manajemen profesional. Untuk menghindari hal ini, sejak awal harus ditetapkan secara tugas, peran, dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga dalam bisnis.

  • Sindrom anak manja (spoiled child syndrome)

Sindrom anak manja (spoiled child syndrome)di perusahaan atau toleransi terhadap anggota keluarga yang tidak kompeten, misalnya terhadap cucu kesayangan atau yang berkaitan dengan crown prince atau princess sebagai calon pengganti. Pertentangan-pertentangan keluarga pun membanjiri perusahaan. Akibatnya, ada kecanggungan dari manajemen profesional tentang peran mereka karena ikatan keluarga yang begitu kuat.

Baca :   Gamifikasi sebagai Alat untuk Membangun Budaya Perusahaan yang Dinamis

3. Perencanaan suksesi

Inilah faktor utama banyak bisnis keluarga berumur pendek. Banyak dari mereka yang  tidak peduli terhadap peralihan kepemimpinan. Padahal, perencanaan suksesi yang matang menjadi kunci kelangsungan bisnis keluarga.

4. Nepotisme

Penunjukan unit leader atau posisi pimpinan bisa saja tidak sesuai dengan kemampuan atau kompetensi mereka, tetapi berkaitan dengan kedekatan dengan keluarga.

5. Sulit memberikan kesempatan kepada orang lain

Pemimpin perusahaan akan sulit memberikan orang lain kesempatan selain kepada sesama keluarga pemilik modal sehingga berpotensi memunculkan distrust issue. Sebagai pionir tepercaya dalam konsultasi bisnis keluarga di Indonesia, The Jakarta Consulting Group secara khusus memandu banyak keluarga melewati masa transisi menuju kepemimpinan generasi muda atau generasi penerus, memfasilitasi diskusi yang produktif, merumuskan solusi terkait tata kelola (governance), perencanaan suksesi, strategi, resolusi konflik, pengembangan talenta, dan akses kepada jejaring. Semuanya berperan signifikan dalam menciptakan pertumbuhan dan kesinambungan bisnis keluarga. Kami juga membantu keluarga menyusun visi bersama untuk menciptakan hubungan keluarga yang harmonis demi kejayaan bisnis keluarga dari generasi ke generasi.

#bisniskeluarga

#keunggulanbisniskeluarga

#manfaatbisniskeluarga #kekuranganbisniskeluarga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait