Legacy and Loyalty: Recruitment to Ensure Family Business Sustainability

Legasi dan Loyalitas: Rekrutmen untuk Menjamin Keberlanjutan Bisnis Keluarga

Legasi dan Loyalitas : Rekrutmen untuk Menjamin Keberlanjutan Bisnis Keluarga. Legasi adalah hal yang diwariskan dari para pendahulu kepada generasi berikutnya. Dalam konteks bisnis keluarga, yang menonjol dari sebuah legasi adalah nilai-nilai, budaya, visi, dan misi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Legasi inilah yang membedakan satu bisnis keluarga dan bisnis lainnya, meski sama-sama menghasilkan produk sejenis. Jadi legasi tidak hanya berbentuk aset fisik seperti pabrik, kantor, mesin, uang, inventori, dan sebagainya.

Contohnya, ada bisnis keluarga yang memproduksi makanan lokal berkualitas tinggi. Berkat dedikasi dan kerja keras keluarga dan karyawan, perusahaan sukses membangun reputasinya. Tugas generasi selanjutnya adalah memastikan bahwa nilai lokalitas dan kualitas tetap terjaga. Strategi bisnis boleh berganti. Namun, nilai-nilai tersebut tak boleh berhenti.

Legasi dan Loyalitas : Rekrutmen untuk Menjamin Keberlanjutan Bisnis Keluarga

Contoh yang lebih nyata adalah Miele. Miele adalah bisnis keluarga asal Jerman. Perusahaan ini adalah produsen peralatan domestik kelas atas dan peralatan komersial, yang berkantor pusat di Gütersloh, Ostwestfalen-Lippe. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1899 oleh Carl Miele dan Reinhard Zinkann, dan selalu menjadi perusahaan milik keluarga dan dikelola keluarga. Keluarga Miele memegang 51,1% dan keluarga Zinkann memiliki 48,9% dari perusahaan. Perusahaan ini setia dengan bisnis intinya. Di samping itu, perusahaan mempertahankan dua nilai utamanya: setia kepada masyarakat dan penolakan untuk mengorbankan etosnya untuk keuntungan jangka pendek atau mengikuti tren.

Baca :   Pemimpin Bayangan dalam Bisnis keluarga

Bagaimana dengan loyalitas? Kembali dalam konteks bisnis keluarga, loyalitas adalah kesetiaan terhadap perusahaan dan keluarga sekaligus. Loyalitas semacam ini membuat ikatan emosional dalam bisnis keluarga makin kuat.

Agar legasi dan loyalitas terpelihara, dibutuhkan rekrutmen yang tepat. Semata-mata berfokus pada keterampilan teknis dan nonteknis yang standar tidaklah cukup. Ada faktor keluarga di sana. Bagaimanakah rekrutmen yang tepat itu?

Rekrutmen harus senantiasa berlandaskan nilai-nilai keluarga. Misalnya, jika kreativitas dan kolaborasi menjadi nilai yang menonjol, perlu dicari orang dengan rekam jejak yang memenuhi kedua nilai tersebut. Contoh lain yang nyata adalah Tata Group. Konglomerat asal India ini sangat memedulikan tanggung jawab sosial dan perilaku etis sebagai bagian dari legasinya. Banyak karyawan yang sudah bekerja di Tata selama puluhan tahun. Mereka terinspirasi dengan nilai-nilai yang diusung oleh Tata. Untuk rekrutmen, Tata menempatkan loyalitas sebagai penilaian utama, dengan banyak posisi yang diisi oleh rujukan dan individu yang menunjukkan komitmen mendalam terhadap misi dan legasi perusahaan.

Berikutnya, melibatkan generasi muda. Ada dua alasan. Pertama, merekalah yang akan meneruskan bisnis keluarga. Mereka berkepentingan agar bisnis keluarga bisa tetap lestari dan berjaya. Kedua, mereka biasanya memiliki pandangan yang lebih luas dan segar terkait tren bisnis masa kini dan masa nanti. Mereka dapat membantu mendapatkan kandidat yang sesuai dengan kebutuhan masa depan.

Mengingat makin beragamnya keterampilan yang diperlukan pada masa depan, bisnis keluarga jangan terlalu membeda-bedakan calon dari keluarga dan nonkeluarga. Jika merekrut anggota keluarga, kompetensinya harus relevan. Jika merekrut professional nonkeluarga, harus mampu beradaptasi dengan nilai-nilai dan budaya keluarga.

Baca :   PHK Massal 2024: Bagaimanakah dengan 2025?

Contohnya adalah Cargill. Cargill adalah konglomerat asal Amerika Serikat. Saat ini, perusahaan yang berkantor pusat di Minnetonka, Minnesota ini dipimpin generasi kelima. Beberapa bisnis utama Cargill adalah perdagangan, pembelian dan distribusi gandum dan komoditas pertanian lainnya, seperti minyak kelapa sawit; perdagangan energi, baja dan transportasi; pemeliharaan ternak dan produksi pakan; dan produksi bahan makanan seperti pati dan sirup glukosa, minyak nabati dan lemak untuk aplikasi dalam makanan ultra-olahan dan penggunaan industri. Cargill juga memiliki jasa keuangan yang besar, yang mengelola risiko keuangan di pasar komoditas untuk perusahaan.

Cargill menghargai legasi keluarga dan mempekerjakan anggota keluarga hanya jika mereka memenuhi standar pendidikan dan profesional tertentu. Anggota keluarga harus memiliki pengalaman eksternal sebelum bergabung dengan perusahaan untuk membawa ide -ide segar sambil melestarikan legasi keunggulan. Anggota keluarga dipersiapkan untuk peran kepemimpinan tetapi harus bersaing dengan kandidat eksternal untuk posisi teratas. Dengan demikian, perusahaan menerapkan prinsip meritokrasi seraya memastikan kesetiaan pada visi jangka panjang keluarga.

Karyawan baru tentunya harus memahami serta menghargai legasi keluarga. Untuk itu, onboarding yang efektif menjadi kunci. Karyawan baru harus mengenali serta memahami sejarah keluarga, sejarah perusahaan, nilai dan budaya bisnis keluarga, serta mau di bawa ke mana bisnis keluarga ini.

Baca :   Turnover Contagion: Menyikapi Gelombang Pengunduran Diri yang Mengancam Stabilitas Tim

Komitmen terhadap legasi dan loyalitas harus menjadi bagian dari evaluasi kinerja karyawan bisnis keluarga. Selain itu, evaluasi kinerja harus dilakukan secara adil, tanpa membedakan apakah seseorang itu anggota keluarga atau bukan.

Namun, merekrut secara sukses dalam bisnis keluarga bukannya tanpa tantangan. Misalnya perbedaan antargenerasi. Generasi senior banyak yang lebih suka mempertahankan status quo. Sedangkan generasi muda justru menganjurkan perubahan. Jika tak diantisipasi, hal ini bisa menimbulkan perselisihan.

Ada bisnis keluarga yang lebih mengutamakan anggota keluarga dalam merekrut. Namun, apakah mereka selalu memiliki keahlian yang dibutuhkan? Jawabannya jelas tidak. Menghadapi kondisi ini, bisnis keliarga tentunya perlu merekrut orang eksternal.

Idealnya, bisnis keluarga bisa menyeimbangkan keinginan untuk menjaga tradisi dengan berinovasi. Namun, ini adakalanya tak semudah yang dibayangkan. Terlalu berfokus pada tradisi membuat bisnis keluarga tidak maju. Namun, bisinis keluarga bisa kehliangan identitasnya jika tradisi ditinggalkan sepenuhnya. Padahal, banyak tradisi baik yang selayaknya dijaga.

Legasi dan Loyalitas : Rekrutmen untuk Menjamin Keberlanjutan Bisnis Keluarga

Kategori: Bisnis Keluarga

#bisnis keluarga #legasi #loyalitas #rekrutmen #Miele #Tata Group #cargil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait