Mengenal Mansplaining dan Cara Mengatasinya di Tempat Kerja

Mengenal Mansplaining dan Cara Mengatasinya di Tempat Kerja

Meski isu kesetaraan gender santer diperbincangkan, nyatanya masih banyak kasus perempuan yang direndahkan oleh laki-laki. Salah satunya melalui mansplaining.

Apa Itu Mansplaining?

Mansplaining adalah salah satu perilaku merendahkan yang dilakukan oleh seorang pria kepada seorang perempuan. Ia menganggap perempuan tersebut tidak memiliki pengetahuan yang sama tentang hal yang dijelaskan.

Hal ini sendiri cukup sering terjadi dalam lingkup dunia pekerjaan. Namun, biasanya seseorang yang melakukan hal ini tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan hal tersebut. Pada beberapa kasus, mansplaining juga dapat terjadi sebagai bagian dari perundungan atau bullying.

Mansplaining dapat membuat seorang wanita merasa tidak dihargai, diremehkan, menurunkan rasa kepercayaan diri dan harga diri, hingga menghambat karier perempuan. Perilaku ini biasanya dicirikan dengan mendominasi percakapan, mengabaikan lawan bicara perempuan, berbicara dengan nada atau kata-kata yang merendahkan, memojokkan perempuan, dan menyalahkan perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual.

Contoh Mansplaining  di Tempat Kerja

Menurut Jessica McCall, PhD., seorang profesor bahasa Inggris di Delaware Valley University, mansplaining terjadi ketika seorang laki-laki berperilaku sebagai “si paling tahu” saat menjelaskan sesuatu kepada perempuan dengan asumsi bahwa mereka lebih kompeten.

Misalnya, saat berdebat, laki-laki tak pernah mau argumennya dibantah. Akan tetapi, ia justru selalu mengkritik opini yang dilontarkan pihak perempuan.

Baca :   Mencegah Talent Hoarding: Membangun Karier atau Menghambat Pertumbuhan?

Berbeda dengan pelecehan, mansplaining ini banyak tak disadari oleh laki-laki karena penggunaan bahasa dan kalimat yang lebih ‘halus’. Alhasil, tindakan ini pun sering dianggap sebagai hal yang wajar dan sepele.

Tanda-tanda seseorang mansplainer

Seseorang yang merupakan mansplainer biasanya tak merasa bahwa tindakannya ini bersifat merendahkan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui tanda-tanda umumnya.

Pertama, mereka bersikap dominan dalam segi percakapan atau komunikasi. Hal ini bisa terlihat dari gestur tubuh mereka yang merendahkan dan tak mau bertanya lebih lanjut terhadap opini lawan bicaranya.

Kedua, mereka sering kali mengabaikan opini lawan bicara yang merupakan perempuan. Misalnya, saat pekerja perempuan memberikan kritik, mereka enggan menerimanya dan menolak mentah-mentah tanpa pertimbangan.

Ketiga, pelaku mansplaining kerap berbicara dengan kasar. Komunikasi bersama mansplainer, yang memiliki ego tinggi, tak akan berjalan dengan lancar. Hal ini karena pilihan kata dan nada bicara mereka terkesan arogan dan merendahkan.

Keempat, pelaku ini juga dapat dikategorikan sebagai misoginis. Terlebih, jika mereka bukan fokus pada isu permasalahan melainkan hal lain. Seperti, menyalahkan perempuan yang menjadi korban pelecehan atau tindak kekerasan karena keluar malam atau pakaian yang terbuka.

Bahkan, mereka juga bisa memojokkan perempuan karena alasan pribadi. Misalnya karena ia pernah ditolak oleh perempuan berhijab, ia pun jadi merendahkan para perempuan dengan ciri-ciri serupa.

Baca :   Glass Cliff: Tantangan Kepemimpinan bagi Wanita dan Minoritas di Tengah Krisis

Cara Mengatasi Mansplaining  di Tempat Kerja

  1. Mendidik karyawan dengan konsep keberagaman

Perusahaan akan selalu memiliki karyawan laki-laki dan perempuan.

Di situlah perusahaan juga perlu memahami kebutuhan karyawannya masing-masing, dan tidak membeda-bedakan gender.

Oleh karenanya, perusahaan bisa mengadakan program rutin tentang keberagaman.

Bila perlu, adakan pula pelatihan seputar mansplaining kepada karyawan laki-laki.

Pasalnya, terkadang kaum laki-laki tidak menyadari sikap dan pemikiran mereka tentang mansplaining.

Sebagian besar juga menganggap bahwa sikap semacam itu adalah biasa dan tidak berdampak apa-apa.

Jika mereka paham sikapnya tidak tepat, kemungkinan adanya mansplaining di dunia kerja bisa berkurang.

  1. Sedikit bicara, lebih banyak mendengarkan

Strategi lain yang dapat mengurangi perilaku mansplaining adalah belajar untuk lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

Mendengarkan lebih banyak dari orang yang diajak bicara akan membuat seseorang semakin mengenal dan tahu pengetahuan dan kecerdasan orang lain.

Dengan begitu, asumsi bahwa lawan bicara punya pengetahuan yang lebih rendah dapat dikurangi, atau bahkan dihilangkan.

Salah satu cara mempraktikkan latihan mendengarkan dan sedikit bicara ini misalnya ketika berada di tengah percakapan atau rapat.

Seseorang sebaiknya tidak berbicara, berpendapat, atau memberikan saran apabila tidak diminta atau ditanya secara khusus.

Baca :   Talent Drain: Saat Bintang Memutuskan Hengkang

Latihan mendengarkan dan sedikit bicara ini tidak hanya untuk mengurangi mansplaining, tetapi juga bisa diterapkan dalam kehidupan secara umum.

Tak hanya bagi kaum laki-laki, tetapi perempuan dan siapa saja supaya tidak bersikap merendahkan pengetahuan seseorang tanpa mengenalnya lebih jauh.

  1. Mencoba untuk menghadapi situasi tersebut dengan cara yang tenang, dalam hal ini karyawan perempuan dapat memberitahu kepada pelaku bahwa tindakan yang dilakukannya adalah hal yang tidak sopan dan tidak dapat dibenarkan.
  2. Meminta pendapat orang lain tentang suatu hal saat pelaku mulai melakukan tindakan bullying.
  3. Menceritakan kondisi mansplaining yang dialami kepada HR.

Tindakan mansplaining adalah kekerasan yang tak banyak orang sadari. Padahal, jika dinormalisasi, perilaku ini sangat merugikan pihak perempuan. Hal ini karena seberapa keras mereka berbicara, mereka pun akan dibungkam.

Itulah beberapa informasi mengenai mansplaining yang dapat Anda ketahui. Jika karyawan Anda mengalami hal ini, pastikan bagi Anda untuk mengatasinya dengan baik sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan di atas

#mansplaining

#pengertian mansplaining

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait