Apa yang ada dibenak Anda saat pertama kali mendengar kata “sawit”?
Dalam berbagai tataran diskusi, sawit selalu identik dengan isu-isu deforestasi, emisi gas, eksploitasi, bahkan kepunahan. Tidak sedikit orang yang mengecam keberadaan sawit, sehingga cenderung mengerdilkan potensi dan kebenaran yang seharusnya diterima masyarakat luas. Inilah yang disebut era post-truth. Kebenaran bahkan dipilah dan disangkal guna mendukung narasi besar wacana yang ingin disampaikan.
Jika kita mau melihat dengan lebih jernih, sawit banyak berpengaruh dalam kehidupan kita. Selain sebagai penggerak utama ekonomi Indonesia, keberadaan sawit mampu memberikan harapan bagi jutaan masyarakat Indonesia. Selain dampak ekonomi, buah sawit mengandung banyak manfaat bagi kesehatan yang berperan penting dalam makanan kita. Dengan mengakui sawit sebagai sumber daya yang bermanfaat, kita dapat melihat celah-celah industri yang bisa dimaksimalkan agar pengelolaannya menjadi jauh lebih bijak tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi lingkungan.
Pengakuan terhadap permasalahan-permasalahan ini menunjukkan apa saja yang perlu kita tingkatkan, baik dari segi pemangku kebijakan skala kecil dan besar, hingga kebijaksanaan sebagai konsumen dan peraup berkah sawit.
Buku ini hadir untuk menjawab persoalan mengenai pandangan objektif terhadap sawit dan industri yang dijalankan dengan bijak. Selain perkebunan sawit berkelanjutan, buku ini juga memberikan gambaran yang akurat mengenai berbagai aktivitas pengolahan sawit serta penggerak industri sawit. Hal ini menjadikan Sawit untuk Negeri layak dibaca tidak hanya oleh para pemerhati lingkungan, tetapi juga masyarakat luas agar mengimbangi diskusi yang berlangsung tentang sawit.
Sebagai karya terakhir Prof. A.B. Susanto, Sawit untuk Negeri merupakan kerja sama beliau dengan Petrus Gunarso, sosok yang memiliki pengetahuan mendalam tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya alam. Sawit untuk Negeri merupakan pengejawantahan baktinya selama melakukan analisis kebijakan publik bidang sumber daya alam dan agraria.